Dia masih berdiri sambil menatap hujan. Ditempat yang sama setiap hari. Tidak membawa payung.Entah bagaimana cara dia pulang hari-hari kemarin.
Menjelang akhir oktober turun hujan hampir setelah jam kerja.
"Masih belum beli payung?" aku menyapa seadanya.
Dia masih tidak terlalu peduli, masih menatap jatuhan hujan yang semakin deras.
"Hujan yang akan bisa menjawabnya," katanya datar.
Aku sekilas menangkap senyumnya. Sampai lupa hujan kini berubah menjadi gerimis.
Lampu-lampu di halaman gedung mulai dinyalakan. Ada hal baru yang kutemukan di waktu yang selalu aku lewatkan. Perpaduan gerimis dan lampu-lampu yang menerangi jalanan.
"Masih belum ingin pulang?" dia semakin tersenyum lebar. Aku bisa menangkapnya walaupun angin yang semilir menyibakan rambut lurusnya menutup senyuman itu.
"Hujan juga akan menjawabnya," aku ikut tersenyum.
Hujan kesepuluh.
Menaburi sore yang tak pernah kulihat.
Dia, Hujan dan Lampu Sore
fiksi? fakta?
ReplyDeletebagus sekali, hujan yang akan menjawabnya
dibeliin atuh payungnya :)
ReplyDeletelayout barukah? lebih suka yang skrg, simple sekali...
ReplyDeletehahaha ayo dilanjutkan
Entah di hujan ke berapa dia akan beroleh jawabannya. Keren...
ReplyDeleteSalam kenal.... happy blogging.
ah sungguh romantisnyaaaa <3
ReplyDelete