Nov 11, 2011

Gumam Penghujung Musim

Musim semi.

Di Taman.
Musim kemarau.
Kursi taman panjang.
Daun berbuguran.
Bunga layu menghadap bumi
dan kamu, Dinda,
Di taman ini, aku mengenalmu. 
“Aku cinta pagi ini!”, teriakmu ketika sampai dibangku taman.Kamu bernyanyi syahdu, cericit burung tiba-tiba ramai. Angin berhembus rendah, membelai lembut dedaunan yang hijau, cahaya mentari membuatmu semakin terang. Sebuah orkestra pagi yang menakjubkan terjadi pagi itu.
Kamu menatapku lembut sambil tersenyum. Senyum termanis yang pernah ku lihat. Aku membalas senyumanmu semanis yang aku bisa.
Ada rona merah di kedua pipimu. Ah, Dinda. Kamu tidak tahu bagaimana merahnya hatiku karena jantungku terlalu cepat memompa.
“Ryan,” kuberanikan diri untuk memperkenalkan namaku. Aku ulurkan tanganku.
Seperti ragu kamu menyambutnya, “Adinda, panggil saja Dinda,” ucapmu sambil tersipu malu.Aku hanya membalsnya dengan senyum.
Pagi itu, kita saling berbagi cerita. Apapun dan kita sangat menikmatinya. Ceritamu waktu itu seakan dikabarkan angin ke segala penjuru. Kupu-kupu beraneka warna. Tiba-tiba muncul. Hinggap di bunga-bunga yang baru mekar. Menikmati manisnya madu di musim semi.
Bahkan ada kupu-kupu yang hinggap di tangan kananmu. Kamu begitu hati-hati mengamati kupu-kupu itu. Tersenyum menikmati keindahannya. Kamu menyadari aku memperhatikanmu. Kamu hanya tersenyum padaku. Rona pipimu semakin merah.
Aku suka kamu Dinda! Pesan yang hanya sampai pada dinding hatiku.
Aku? Sungguh tak berdaya. Andaikan waktu bisa berhenti. Aku ingin menatap senyum bahagiamu sepanjang henti waktu itu.
Dan ceritamu pagi itu semua hal tentang kupu-kupu. Akupun tak pernah jemu mendengarkannya dan seolah semua mendengar ceritamu melalui angin yang berhembus.
Kupu-kupu itu berbondong-bondong datang. Menghampirimu bahkan.
Dinda, kamu dan kupu-kupu. Adalah fenomena terindah yang aku lihat.
Musim semi itu aku lalui dengan hati yang riang bersamamu Dinda.
Kehidupanku akan selalu diliputi kebahagiaan bersamamu Dinda. Aku tidak ingn lepas darimu.

Musim Kemarau


Akankah, aku menemukan fenomena itu lagi?
Di taman ini daun berguguran, seolah menyuruhku tersadar, kalau kamu sudah pergi.
Ditaman ini daun berguguran, seolah menyuruhku tersadar, itu semua adalah kenangan pahit bagiku.
Yang kuingat dari jatuhan daun ini adalah langkahmu yang gontai Dinda,
Ada apa denganmu? Hatiku sakit teriris bening air matamu.
Tanganku bergetar hebat saat kucoba usap butir bening itu di ujung matamu.
“Selamat Tinggal!” ucapmu terisak. Tubuhmu berguncang.
“Ada apa?” tanyaku penuh emosi.
Hatiku pecah. Oleh kata perpisahanmu itu.
Aku belum sempat menyatukan pecahan hatiku,
Dinda, kamu sudah pergi menjauh. Terisak menahan air matamu. Menginjak bunga yang baru mekar. Engkau semakin mempercepat langkahmu, dan tangismu masih terdengar nyaring dihatiku.
Kamu telah pergi. Aku ditinggal sendiri. Angin yang berhembus.
Seakan menyayat pecahan hatiku. Menerbangkannya satu persatu.

Musim Semi


Kini, aku di sini.
Di taman, ditemani bunga yang bermekaran, kupu-kupu berterbangan dan rinduku tak terbilang padamu Dinda, Aku merindukanmu. Sangat.
Kata itu berpantulan di dinding hatiku!
Alunan sebuah lagu seolah mewakili perasaanku akan kehilanganmu.

semuanya tlah terjadi
cintaku telah pergi
dan kini kusendiri
tanpa dirimu lagi
tak mudah menepis
cerita indah

semusim tlah kulalui
tlah kulewati tanpa dirimu
tetapi bayang wajahmu
masih tersimpan di hati

tak pernah kubayangkan
kau putuskan cintaku
kucoba tuk lupakan
semua tentang dirimu
tak mudah bagiku
melupakanmu

Betapa mudahnya pepohonan di taman ini melepaskan dedaunan kering itu.
Betapa mudahnya kelopak bunga-bunga itu layu menghadap bumi.
Betapa mudahnya anak-anak burung itu pergi meninggalkan sarangnya.
Namun kamu, Dinda sangat sulit aku hapuskan di hatiku.
Sungguh tidaklah mudah melupakan hari-hari bersamamu.
Aku sangat tersiksa oleh perasaan ini!
Dinda, di penghujung musim ini aku berharap kamu hadir di taman ini.
Melihat senyum terakirku.

*********
Cerita Pendek ini terinspirasi dari lagu “Semusim” by Marcell

10 comments:

  1. Cieeee.... namanya Ryan #eh

    #dilempar sendal

    ReplyDelete
  2. semoga Marcell bahagia karena lagunya bisa membuat penulis hebat seperti bung terinspirasi

    ReplyDelete
  3. dia akan selalu hidup dalam ingatan, biarkan saja tiap orang punya kenangan. nikmati saja :)

    ReplyDelete
  4. cerita dan puisinya selalu indah...

    ReplyDelete
  5. wuiiihh.. keyeenn..
    lagu aja bisa di kembangin segininya :D

    ReplyDelete
  6. Om ini puisi beneran atau bukan..

    Dinada yang dulu ada kini tiada lagi di sisi.

    Tapi..banyak jempol untuk pusisi ini Ri

    ReplyDelete
  7. bagus bro, gabungan antara puisi dan cerita yang diangkat dari sebuah lagu.

    ReplyDelete
  8. Cieee nama tokohnya homofon sama namanya sendiri hihihi.

    ReplyDelete
  9. dunia oh dunia wahai shabatku ..
    ada pesan di dalam tulisan indahmu - akan kah kau berharap pada sesuatu? sebelum engkau berharap pada yang semestinya engkau Agungkan.

    Mahabah lebih dasyat dari cinta

    ReplyDelete
  10. cerita ini terinspirasi dari semusim :o

    wow, cool!

    ReplyDelete

Terima Kasih sudah berkunjung.Happy Blogging