Bulan yang biasa berpendar terang terpasung sendiri oleh rimbunan awan. Memudarkan cahaya bulan. Meniadakan keindahan malam-malam sebelumnya. Meleburkan malam pada suasana kelam. Tampaknya rimbunan awan malam itu memang sengaja berbondong-bondong untuk memasung sinarnya bulan. Atau sengaja ingin menutupi kerlipan bintang?
Aku hanya bisa menguatkan telinga hati saat harmoni malam tergores suara kepedihan, sebuah muara dari kekecewaan.
Wahai awan, betapa rimbunnya engkau malam itu, kau pikul beban berat kekecewaan. Ya, lepaskanlah dan biarkanlah air bening itu mengalir segera dari keindahan kapasmu, namun sungguh, sebenarnya aku tidak ingin melihatnya.
Aku benar-benar membenci waktu.
Hentikan putaran waktu ini! Kumohon. Jangan biarkan aku mendengar awan terus menangis. Jangan biarkan aku melihat awan terus terluka. Jangan biarkan waktu terus berputar. Kumohon. Sekali lagi, Hentikan!
Namun seperti apapun permohonanku waktu memang tak akan pernah mendengarkan! Waktu akan berlalu begitu saja. Tanpa memperdulikan! Aku sudah berkali-kali tahu namun aku sepertinya tidak mau tahu.
Aku semakin sakit ketika mendengar awan bercerita tentang bintang. Bercerita bahwa bintang selalu berharap bahwa suatu malam nanti, awan dan bintang bersama menghiasi malam, melengkapi indahnya pendaran bulan.
Bahwa suatu malam nanti, pendar bintang lebih indah melalui perantara awan. Dan akhirnya suatu malam nanti awan dan bintang ingin menghiasi malam dengan bersanding berdua saja. Tanpa bantuan cahaya bulan.
Waktu sekali lagi tidak akan pernah menunggu.
Mungkin kini bintang telah serasi bersanding dengan bulan. Menghiasi setiap malam. Tanpa perantaraan awan. Seolah bintang telah menemukan bagaimana cara menghisi malam agar tetap indah. Tetap dirindukan dan tetap banyak melukiskan.
Mungkin kini bintang kembali ceria, berkelap-kelip. Itu sebuah tanda.
Duhai awan,
Sebesar apapun gumpalan yang kau buat. Kau tidak akan pernah bisa menutupi kerlip bintang. Bahkan membenamkannya kedalam gumpalanmu sekalipun. Kau tidak akan mampu. Malam akan terus membutuhkan cahaya keindahan, cahaya bulan yang bulat ditemani kilauan bintang yang berkelipan dan tentu saja rimbunan awan yang bergerak ikhlas. Memadukan harmoni cahaya yang turun.
Duhai awan,
Engkau tetaplah awan. Peneduh bagi putri malu dikala cahaya bulan berlebih.
Engkau tetaplah awan. Penyejuk bagi sang katak yang menunggu seorang putri.
Dan kau tetaplah awan yang akan mencurahkan air hujan pada keringnya kenangan dalam hati setiap yang berharap.
Duhai awan, tahukah?
Hujan dalam rahimmu, akan senantiasa ditunggu,
Hujan dalam rahimmu, akan senantiasa ditambah,
hujan dalam rahimmu akan senantiasa diharap.
Sesungguhnya seribu kenanganpun tidak akan terhapus berkat rahimmu, awan. Engkau akan senantiasa menghadirkannya kembali bersama turunnya rintik-rintik hujan.
Kerlip bintang dan sinar bulan, sama-sama telah berpendar diwaktu yang sama.Sedangkan awan, kau terus bergerak menjangkau bentangan langit.
Tataplah siang hari,
ada sekuntum bunga mawar putih yang menanti naunganmu.
agar bisa mekar di musim kemarau nanti.
Bersiaplah menanti sebuah keindahan itu terjadi oleh bantuanmu juga.
Met Milad Awan,Semoga sisa umurmu dilingkupi kebarokahan.maaf aku menuliskan ini kembalisetelah tujuh tahun berlalu.
Untuk Awan yang tak bisa menutupi indahnya kerlip bintang
ah kau kini sudah menemukan mawar.
sedangkan aku?
masih tersesat menjelajahi langit,
masih terbawa oleh semburat mendung,
masih tergoda pada cermin samudra,
masih tersandung angin badai
tapi tenanglah, aku hanya butuh merpati
masih tersandung angin badai
tapi tenanglah, aku hanya butuh merpati
ya, aku hanya butuh menemukan merpati
terbang bebas di bentangan langit,
terbang bebas di bentangan langit,
tak ingin lagi tetambat pada hal yang kurasa sesaat
lalu hilang seperti mudahnya aku terberai saat di dera angin
aku mencari merpati
di bentangan langit luas
semoga berpapasan di sebuah sudut langit
lalu kita terbang beriringan
menjelajahi bentangan langitNya
tak ingin lagi tetambat pada hal yang kurasa sesaat
ReplyDeletelalu hilang seperti mudahnya aku terberai saat di dera angin
saya suka pilihan kata-kata ini.. semoga segera mendapatkan yang dicari ya mas. salam kenal.
masyaAllah :)
ReplyDeleterangkaian katanya menawan
Semoga segera di pertemukan dengan yang merpati yang telah dijanjikanNYA
ReplyDeleteMengepakkan sayap-sayap cinta beriringan di bentangan langitNya
Mereguk nikmat surga
Diiringi senandung doa para malaikat
Amiiinnn....
Keren banget mas rian kata-katanya, aku suka! ^_^
ReplyDeleteIni termasuk puisi modern ya? #BaruBelajarBahasaIndonesia
ReplyDeleteaku mencari merpati
ReplyDeletedi bentangan langit luas
semoga berpapasan di sebuah sudut langit
sudut langit itu mana yah???
asli
keren~
selalu kata2 di blog ini memikat :)
ReplyDeleteo iya mas dah nemu merpatinya??? kita jual merpati neh.. hihhi
semoga segera di pertemukan dengan sang merpati ^__^
ReplyDeletekeren bangett postingannya.... :)
Subhanallah, indah nian rangkaian kata2 yang engkau goreskan mas....
ReplyDeleteterpilih dan engkau sandingkan dengan sempurna. Match!
ditunggu postingan berikutnya... :-)
tidak ada yang sekuat bintang karena dia punya sinar dari dirinya sendiri, bukan memantulkan. matahari adalah contoh bintang.
ReplyDeletebulan mungkin terlihat lembut dan indah. tapi dia cuma bisa memantulkan cahaya.
bukan memproduksinya sendiri.
bulan yang lemah dan kasihan.
ahak! iya dalam keadaan bersimbah darah dan menangispun aku tetap cantik. aku gak pnya rambut dan gigipun saat itu aku sudah terlihat cantik dibanding umumnya bayi2 yg lahir dalam keadaan serupa. sorrii yee nakkk
semoga merpatinya segera datang, biarlah awan bersama mawar. awan ini sahabatmu ya mas?
ReplyDeletehmm, mau komentar apa ini saya, aduh bingung saya ehehehee...
ReplyDeleteterus berjuang aja deh, semoga pencarian merpatinya ngga sia2 ^^
Bagus ceritanya, jadi penasaran awan itu siapa yah?ciecie ^_^
ReplyDeleteWah siapa yang ulang tahun mas... siapa awannya tuh? :p
ReplyDelete