Oct 16, 2011

Bersabar: Kunci Keberhasilan Mendidik Anak

Sudah lima hari saya tidak mendengar lagi ocehan dan rengekan minta nonton film kamen rider dari seorang bocah laki-laki bernama Daffa. Ya, dari hari Kamis (13/10)  sampai hari ini Senin (17/10) Daffa dan Mamanya  masih berada di Bandung. Sedang silaturahim ke sanak saudaranya. Entah ada suasana sepi yang menyelimuti kontrakan yang kutempati ini.

Tidak ada lagi suara rengekan Daffa yang malas mandi pagi, tidak ada lagi cerita pagi Daffa yang membuat neneknya tertawa lepas, tidak ada lagi balapan antara Saya dan Daffa di waktu pagi untuk keluar dari rumah. Hey, tiba-tiba  saya jadi rindu Daffa. Padahal sebelum Daffa pergi ke Bandung saya sempat menyimpan rasa kesal dan marah padanya. :’( Kenapa saya marah?

Karena Daffa menceritakan hal yang buruk tentang saya pada tantenya. Tantenya bilang sendiri pada saya. Kata Daffa saya itu orangnya pelit sekali, kalau mau nonton film kamen rider harus bayar dulu, pernah mengancam pakai tongkat panjang.

Astagfirullah. jahatnya Daffa itu. Bisa-bisanya bercerita hal buruk seperti itu tentang saya. Padahal saya tidak pernah meminta uang sama sekali kalau Daffa mau nonton kamen rider. (memangnya dapat uang berapa malakin anak sekecil itu?). Saya tidak pernah bersikap keras terhadap anak kecil (Ya iyalah, wong mereka itu lucu). Saya kesal. Saya memupuk rasa marah setelah mendengar cerita tantenya itu. Awas ya Daffa! Tekadku dalam hati. Ya, semenjak mendengar cerita itu dari tantenya saya bersikap acuh pada Daffa.

Malamnya Daffa datang ke kamarku. Membawa buku dan kotak pensil kecil tanda ada PR.
“Mas Rian boleh nonton kamen rider nggak?” tanyanya polos.
Sebelum saya jawab, saya ingin mengkonfirmasi dulu tentang cerita yang saya dapatkan dari tantenya itu.
“Kenapa Daffa cerita seperti itu?” tanyaku setelah sebelumnya saya menanyakan kembali benarkah Daffa bercerita seperti itu pada tantenya.
“Soalnya Mas Rian pelit, ayolah,” katanya masih bersikap polos.
Astagfirullah. Daffa, mas tidak menerima pernyataan itu.
Bisikku dalam hati. Aku tidak ingin berkata-kata lagi.
“Maaf Daffa, mas ada PR juga, jadi tidak bisa ya,” kata saya hati-hati.
Dengan raut muka cemberut Daffa berkata
“Ya sudah aku mau turun, kalau mas manggil-manggil Daffa tidak akan datang, kita tidak bercinta lagi!*” langsung ke luar menutup pintu dengan keras.

Astagfirullah. Susahnya memahami dunia anak kecil. Biarlah. Sekali-kali harus diberi pelajaran. Tidak harus kan setiap permintaan anak kecil itu di penuhi? Jadinya seperti itu, kalau tidak dipenuhi keinginannya, marah. Tidak harus pula kalau ada PR harus diiming-imingi nonton kamen rider dulu bukan? Seharusnya mengerjakan PR karena kesadarannya sendiri. Saya meracau. Hah! Biarlah.

Keesokan harinya, PRnya tidak Daffa kerjakan. Ada sedikit sesal dalam diri. Kenapa saya tidak menemaninya mengerjakan PR seperti biasnya. Haduh saya kok seperti anak kecil melakukan hal konyol semalam. Coba sedikit bersabar. Haduh!

“Daaffaa...,” panggilku pagi itu. Namun tidak ada sahutan. Ternyata Daffa memang melakukan ancamannya itu. Wah! Semenjak kejadian itu sampai sekarang. Saya melakukan evaluasi diri. Kenapa Daffa bisa bercerita hal yang kurang baik tentang saya pada tantenya. Darimana Daffa mendapatkan kata-kata minta bayaran, tongkat panjang, pelit.

Ah, saya baru mengingatnya. Saya menyimpulkan Daffa mendapatkan kata-kata itu dari saya. Ya. dari saya sendiri. Saya pernah menjawab pertanyaan Daffa boleh tidak menonton kamen rider? Saya jawab wani piro? Bayar ya? Padahal saya bercanda dan setelah itu saya perbolehkan Daffa menonton kamen rider. Lalu tongkat panjang itu? Oh iya, saya pernah menantang duel Daffa yang punya pistol baru dengan sebuah tongkat yang sebenarnya itu sampul buku plastik. Haduh. Ternyata Daffa mengatakan hal tentang saya adalah rekamannya sendiri. Tingkah laku saya terekam jelas di ingatannya.

Saat menuliskan ini akhirnya saya menyadari kesalahan saya. Seorang anak kecil akan merekam dengan jelas setiap kejadian dan tingkah laku orang dewasa. Pun halnya dengan saya, walaupun tidak punya hubungan darah. Tapi seorang anak kecil seperti Daffa akan melihat apa yang saya lakukan. Saya semakin merasa bersalah.

Padahal kalau saya sedikit bersabar saja. Daffa bisa menyelesaikan PRnya dan menjadi anak yang penurut, terlebih kalau diajak ke masjid untuk ikut shalat berjamah, dia mau. Selalu disamping saya shalatnya. Mengikuti gerakan shalat dengan baik. Mencoba mengikuti berwudhu walau hanya membasahi wajah dan rambutnya saja. Tapi itu bagus bukan? Bandingkan ketika saya tidak memperbolehkan nonton kamen rider. Daffa menjadi anak yang cuek. Saya ajak untuk shalat saja dia tidak mau. Malah asyik main games di laptop Mamanya. Cuek, tidak memperdulikan saya. Sedih rasanya ketika shalat di mesjid, Daffa tidak ada disamping saya.

Suatu pembelajaran hidup yang bisa saya ambil dari persitiwa ini adalah seorang anak akan merekam dengan cepat setiap tingkah laku orang yang berada dilingkungannya. Akan mengulang kembali apa yang kita katakan. Akan mencontoh setiap apa yang kita lakukan. Maka kini saya menyadari apa yang diceritakan Daffa tentang saya adalah cerminan sikap, tutur kata saya selama ini. Harus sedikit bersabar.

Jadi banyak belajar untuk lebih memahami Daffa. Bersabar, mengajak berbicara dari hati ke hati, menjadi teladan yang baik dan tentu saja sebuah hadiah atau penghargaan agar bisa berbuat baik tidak ada salahnya diberikan. Kuncinya menurut saya dalam mendidik anak adalah bersabar.

Ahhh...saat menulis ini saya jadi sangat merindukan Daffa. Dia anak laki-laki yang lucu dan kuat. Selalu menghidupkan suasana rumah yang sepi. Untungnya Daffa berada di lingkungan keluarga yang kondusif. Selalu dibimbing membaca doa sebelum melakukan apapun oleh mamanya. Mamanya juga senang kalau Daffa bisa ikut ke masjid untuk shalat berjamaah. Ya, bisa ke masjid karena saya ajak dengan bersikap baik padanya. Walaupun saya bukan keluarganya, saya bisa ikut serta membentuk kepribadiannya.

Daffa kapan pulang? Mas Rian mau minta maaf. (sebenarnya Rindu sih.hihiiihi). Mas Rian akan cari film kamen rider yang baru dan sebungkus kripik kentang kesukaan kamu. Segera pulang ya. ^ ^


Artikel ini diikutsertakan dalam acara Giveaway Pertama "Anakku Sayang" Yang diselenggarakan oleh Rumah Mauna

Oy, Pemilik Blog Rumah Mauna saat ini sedang berbahagia karena anak pertamanya yang bernama Fathan sedang Milad yang ke 4.
Ini dia Fathan yang lagi bergaya. ^ ^
Met Milad ya Fathan. Semoga selalu diberikan hati yang lembut sama Allah SWT. Menjadi anak yang sholeh agar Umi sama Abinya bangga. Buat Uminya Fathan, semoga senantiasa diberikan kesabaran ya. 
Jangan seperti saya kurang sabaran mengasuh Daffa! Halagh! ^ ^

Catatan:
Maksud perkataan Daffa Tidak bercinta lagi!* bisa di cek disini

42 comments:

  1. emang ngadepin anak kecil harus extra sabar... :)

    ReplyDelete
  2. Sabar... wach Om Rian calon Ayah idola nich, aamiin...

    Sucses ngontesnya, jadi ingin ikutan juga, meluncur ke TKP...

    ReplyDelete
  3. hehe benar2 mo jadi calon ayah yg bisa di andalkan nih,,soo,, sdh dapat pelajaran dari daffa

    ReplyDelete
  4. Wew, Daffa ngatain pelit, yaks? Ngatain suka bawa ulekan ama coet, gak? hehehehe

    Semoga menang kontesnya :)

    ReplyDelete
  5. @BlogS of Hariyanto:Iya. dan yang pasti anak kecil pasti sayang kita

    ReplyDelete
  6. @Mbak Anazkia: untungnya nggak bilang gitu :')

    ReplyDelete
  7. ha..ha.ha...
    Mas, akan kamu temui itu setiap hari bila kamu udah nikah dan punya putra sendiri, siap-siap sama pertanyaan juga jawaban mereka yang aneh tapi nyata, hi hi hi.

    ReplyDelete
  8. saya juga pernah mengalami masa2 ngadepin anak seumuran Daffa, cmn bedanya, yg saya adepin anak sendiri, setuju dgn artikel mas Rian, anak2 sgt tajam merekam perkataan dan perilaku org disekitarnya, terutama ortu, contohnya: seringkali bundanya nasehati kalo mengambil barang org tanpa ijin itu dosa dinamakan mencuri, nah suatu ketika pagi2 mamanya ngambil belimbing punya tetangga (malemnya sdh ijin) tp krna anak tdk tahu maka serta merta bilang "loh mama ngambil tanpa ijin, namanya mencuri itu dan dosa.." dan byk lagi contoh2 lain..
    hari ini mas Rian belajar sam daffa, suatu saat dgn anaknya sendiri... selamat ya mas..., maaf komentnya agak panjang.

    ReplyDelete
  9. entah ini sebuah kebetulan atau apa,
    tapi saya dan Daffa adalah maniak Kamen Rider..

    T_T

    betul sekali mas, kadang kita emang gak boleh bicara sembarangan, karena bisa jadi ada anak kecil yang lagi dengerin dan mengatakannya kepada orang tua mereka..

    ReplyDelete
  10. mari bercinta denganku. *eh serasa aura kasih*

    ReplyDelete
  11. @Obrolan Blogger.com: ^ ^ semoga semakin siap jadi suami ya. hihihii

    ReplyDelete
  12. @Insan Robbani:Terima kasih atas ceritanya. Suka saya sama komen yang ikut kasih saran dan pengalammannya sendiri,,makasih ya..

    ReplyDelete
  13. @Yudi:Selain Daffa saya juga kamen Rider. Dia suka karena sering nonton di Laptop saya..ahahahahaha

    ReplyDelete
  14. Iya bener, anak kcl mudah merekam apa saja yg ada disekelilingnya. Jd musti hati2 dgn apa yg kita ucap, perbuat dll.

    Biasanya emang gt, nek ada gelut aja. Nek ga ada yo nggoleki. Wuehehe

    ReplyDelete
  15. yups benar banget segala apa yang di ucapkan ayah dan ibunya akan tersimpan dalam memori si anak maka hati-hatilah dalam berkata,love,peace and gaul.

    ReplyDelete
  16. Om rian..umurnya berapa emang ?
    :D
    cpet2 atuh nikah :)

    ReplyDelete
  17. Wkwkwk sama anak kecil emang musti sabar mas. Dan emang bener anak kecil secara gak dia sadar ngikutin apa yang kita lakukan.
    Adekku yang perasaan berantem mulu sama aku, suka ngikutin lagu-lagu yang aku suka. Suka ngikutin ngomong gaya aku =,= mau marah jadi geli dewe~

    ReplyDelete
  18. Hah...mengena banget cerita ini kepada saya. Saya sebagai orang dewasa tidak bisa sabar menghadapi anak kecil yang nakal terlebih ponakan sendiri. Semoga saya bisa belajar dari pengalaman.

    ReplyDelete
  19. @Mbak Tarry:Iya, memang anak kecil ngangenin

    ReplyDelete
  20. @Una:mungkin adiknya pengen terlahir kembar sama Una ya. :)

    ReplyDelete
  21. @arqu3fiq:Iya..pengalaman ini semoga bermanfaat ya

    ReplyDelete
  22. hmmmm secrewetcrewetnya anak ,,n ngejengkel jengkelinnya anak tetep aja klo ga ada jd kangen ma crewetnya hahahahha

    ReplyDelete
  23. kalau tidak sabar bisa2 anak nya gak bener nantinya sob,, heheh,, harus super2 sabar kalau mendidik anak,, :D

    ReplyDelete
  24. Sabar memang harus banyak latihan sahabat..saya juga banyak belajar untuk bersabar terhadap anak saya yang usia 3 tahun.Makasih atas sharingnya

    ReplyDelete
  25. waw kren... bru brapa minggu g ngunjungin blog ini udh pda brubah smua. makin rame plus mkin byk isi nya. subhanallah... keep writing and never give up..!!!

    ReplyDelete
  26. bingung mau komen apaan ya??
    soalnya saya pun sering dibuat pusing oleh polah anak saya yang bisa berubah 180 derajat dalam 24 jam..unik bin aneh..
    sabar dan cerdik menurut saya nomor satu buat ngatasi mereka,..
    met berkontes ria ya...semoga sukses :)

    ReplyDelete
  27. waww.. ingatannya Daffa kuat sekali ya... luar biasa :)

    ReplyDelete
  28. Calon ayah yang bisa diandalkan niih mas Rian :)

    ReplyDelete
  29. terima kasih atas partisipasi sahabat. anda sudah tercatat sebagai peserta Giveaway Pertama rumahmauna "Anakku Sayang".

    amiin. terimakasih ats doanya untuk kami.

    ReplyDelete
  30. wah om berlatih sabar dari ponakan nih, pasti semua akan bermanfaat.salam kenal

    ReplyDelete
  31. Hai…perkenalkan nama saya kak zepe
    Menarik sekali artikelnya…blognya juga keren
    Saya juga punya blog yang isinya tentang semua hal yang berhubungan dengan dunia anak-anak ..
    Ada lagu anak, tips parenting, pendidikan kreatif, dongeng anak….
    Ada di http://lagu2anak.blogspot.com
    Bila berkenan, mari bertukar link…
    Thx..
    Kak Zepe

    ReplyDelete

Terima Kasih sudah berkunjung.Happy Blogging