“Kita memang tidak pernah bisa sampai bukan?”
Pertanyaanmu menghentikan langkahku perlahan. Aku menghela nafas panjang. Menata senyumku. Sempurna. Aku berbalik. Kamu malah manyun. Aku menghampirimu dengan tetap menyimpulkan senyum. Mendekatkan wajahku dekat ke wajahmu. Kamu membuang wajah ke kiri. Aku arahkan lagi wajahmu ke kanan dengan tangan kiriku. Aku masih tersenyum. Kamu tetap manyun.
Aku rapihkan rambut yang menjuntai menghalangi mata kirimu. Dengan perlahan aku merapihkannya. Aku masih tersenyum. Kamu masih bertahan. Manyun.
“Kita tidak..”
Aku letakan telunjukku pada bibirmu. Kamu tak begerak. Diam. Tak lagi manyun.
Aku raih tangan kananmu dengan tangan kananku juga. Aku ingin mengajakmu berjalan bersama. Tidak ingin membiarkanmu dibelakangku lagi.
Aku mengajakmu berlari. Tapi, banyak sekali pertanyaanmu, sampai aku sedih mendengarnya. Tapi tidak apa-apa. Asal kau jangan menengok kebelakang. Sudah lihat ke depan saja. Aku Mohon.
Aku ingin kamu tetap melihat yang di depan. Karena didepan ada sesuatu untuk kamu. Sesuatu yang kusiapkan untukmu. Aku ingin kamu tahu.
Lepas.
Hampa.
Terbuang.
Kamu melepaskan genggaman tanganku. Dibantu dengan tangan kirimu.
Terlepas.
Terbang.
Tersungkur.
Aku membalikan badanku.
Menatap wajahmu.
“Di Depan ada aku dan...”
Kau menggigit jari.
Aku tak bisa melanjutkan kata-kataku.
Ya...
Kepalaku tertunduk.
Aku tidak akan pernah bisa membawamu.
"Maaf"
Hanya itu kata yang bisa kukenang
darimu....
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih sudah berkunjung.Happy Blogging