Kamu menatapku, tersenyum.Manis.
Mengelus lembut perutku lalu merapatkan telingamu. Membisikan sesuatu. Mengajak berbicara.
Aku senang kamu berbicara pada bayi kita.
Sungguh sangat senang!Sudah lama kamu tidak melakukannya.
deg!deg!deg!
Detakan jantung bayi dalam perutku kurasakan berdetak lebih kencang.Menendang-nendang!Sakit.
Hey ada apa? Tenanglah.
Dia ayahmu, jangan bersikap seperti itu!
Aku membatin.Memaki.
deg!deg!deg!
Detakan jantung bayiku terus berdetak semakin kencang.
menendang-nendang lagi.
Diamlah.
Ahh.Perutku seperti diperas!diplintir.Mulas.Kaku.Sakit!
Kamu merasakan gerakan tubuhku, dengan cepat kamu berdiri.Mundur perlahan. Mengambilkan sesuatu.
Aku meraba-raba dinding. Tidak tahan dengan sakitnya perutku yang seperti diplintir,kurasakan ada cairan basah menjalar dipahaku.Menetes, berjatuhan ke lantai.
Kamu datang,memapahku. Mendudukanku di sofa. Seketika itu Sofa yang ku duduki basah. Kamu melingkarkan tas cangklong kecil pada perutku.
Apakah ini bisa mengurangi rasa sakitnya?
Kamu tak menjawab, Sibuk mengikatkan tas itu pada perutku. Kuat-Kuat.Sofa semakin basah. Perutku melilit.Terpelintir. Kaku. Kugenggam pergelangan tanganmu.Meminta kekuatan.
Namun, perlahan kamu mundur. Aku bingung.
Jangan tinggalkan aku!
Kamu tersenyum. Ditanganmu sudah ada sebilah pisau yang mengkilat.
Kamu tersenyum. Menatap pisau itu dengan mata nanar.
Kamu melangkah maju mengulum senyum.
Keringat mengucur deras. Badanku lengket. Seperti sofa yang semakin banjir. Aku berteriak. Menahan sakit. Perlahan aku merasakan bayiku mulai perlahan-lahan keluar.
Ada suara isak tangis.
Kamu menangis?
Kamu Meracau!
Kamu Membentak!
Kamu bertanya!
Aku semakin kalut.Tidak lagi memikirkan sakitnya mengeluarkan bayi. Namun, lebih sakit lagi saat kau melontarkan pertanyaan itu lagi padaku. Semua ragaku seakan tercerabut. Perih!
Aku tidak tahu lagi bagaimana agar kamu bisa percaya.
Aku bosan harus menjawab pertanyaanmu!
Aku benci harus mengatakan jawaban ini.Air mata mengalir deras.
Tapi inilah yang jawaban sebenarnya.
Inilah kenyataannya.
"Ini bayimu.Darah dagingmu sendiri!"
Aku menjawabnya dengan teriakan.
"Dia tidak ada hubungannya dengan bayi kita!"
Aku semakin teriak.
Aku menangis sejadi-jadinya. Luapan air mata ini semakin membuatku merasa tak punya kekuatan lagi. Aku menangis terisak.
"Jangan!Kumohooooooon!"
Tangisku menjadi. Aku terlambat. Sepasang telingamu telah berpindah dari tempatnya. Darah menetes merah. Melumuri lantai. Kamu masih tersenuyum.
"Percayalah!" Teriakku sambil terisak.
Mengelus lembut perutku lalu merapatkan telingamu. Membisikan sesuatu. Mengajak berbicara.
Aku senang kamu berbicara pada bayi kita.
Sungguh sangat senang!Sudah lama kamu tidak melakukannya.
deg!deg!deg!
Detakan jantung bayi dalam perutku kurasakan berdetak lebih kencang.Menendang-nendang!Sakit.
Hey ada apa? Tenanglah.
Dia ayahmu, jangan bersikap seperti itu!
Aku membatin.Memaki.
deg!deg!deg!
Detakan jantung bayiku terus berdetak semakin kencang.
menendang-nendang lagi.
Diamlah.
Ahh.Perutku seperti diperas!diplintir.Mulas.Kaku.Sakit!
Kamu merasakan gerakan tubuhku, dengan cepat kamu berdiri.Mundur perlahan. Mengambilkan sesuatu.
Aku meraba-raba dinding. Tidak tahan dengan sakitnya perutku yang seperti diplintir,kurasakan ada cairan basah menjalar dipahaku.Menetes, berjatuhan ke lantai.
Kamu datang,memapahku. Mendudukanku di sofa. Seketika itu Sofa yang ku duduki basah. Kamu melingkarkan tas cangklong kecil pada perutku.
Apakah ini bisa mengurangi rasa sakitnya?
Kamu tak menjawab, Sibuk mengikatkan tas itu pada perutku. Kuat-Kuat.Sofa semakin basah. Perutku melilit.Terpelintir. Kaku. Kugenggam pergelangan tanganmu.Meminta kekuatan.
Namun, perlahan kamu mundur. Aku bingung.
Jangan tinggalkan aku!
Kamu tersenyum. Ditanganmu sudah ada sebilah pisau yang mengkilat.
Kamu tersenyum. Menatap pisau itu dengan mata nanar.
Kamu melangkah maju mengulum senyum.
Keringat mengucur deras. Badanku lengket. Seperti sofa yang semakin banjir. Aku berteriak. Menahan sakit. Perlahan aku merasakan bayiku mulai perlahan-lahan keluar.
Ada suara isak tangis.
Kamu menangis?
Kamu Meracau!
Kamu Membentak!
Kamu bertanya!
Aku semakin kalut.Tidak lagi memikirkan sakitnya mengeluarkan bayi. Namun, lebih sakit lagi saat kau melontarkan pertanyaan itu lagi padaku. Semua ragaku seakan tercerabut. Perih!
Aku tidak tahu lagi bagaimana agar kamu bisa percaya.
Aku bosan harus menjawab pertanyaanmu!
Aku benci harus mengatakan jawaban ini.Air mata mengalir deras.
Tapi inilah yang jawaban sebenarnya.
Inilah kenyataannya.
"Ini bayimu.Darah dagingmu sendiri!"
Aku menjawabnya dengan teriakan.
"Dia tidak ada hubungannya dengan bayi kita!"
Aku semakin teriak.
Aku menangis sejadi-jadinya. Luapan air mata ini semakin membuatku merasa tak punya kekuatan lagi. Aku menangis terisak.
"Jangan!Kumohooooooon!"
Tangisku menjadi. Aku terlambat. Sepasang telingamu telah berpindah dari tempatnya. Darah menetes merah. Melumuri lantai. Kamu masih tersenuyum.
"Percayalah!" Teriakku sambil terisak.
Darah mengucur deras merembes merah kedalam kerah bajumu.Namun kamu masih tersenyum.
“Aku ingin bersamamu selamanya,” katamu terbata.
"Iya aku juga," tangisku semakin pecah.
Arghh, bayiku semakin terdorong keluar.Aku kehabisan tenaga. Aku lelah. Memejamkan mata.
Bruk!Kamu jatuh terduduk. Sepasang matamu telah hilang. Hanya darah yang memenuhi wajahmu.Tangismu meledak. Air matamu bercampur darah. Semakin menggenangi lantai.Merah.
"Hentikan!" Aku berteriak lagi.
"Maafkan aku," ucapmu lirih. Pisau kemudian kamu tancapkan tepat di dada kirimu. Sesaat kamu masih tersenyum menatapku.lalu ambruk berdebam ke lantai.
Suara tangisan bayi pelan terdengar.Bayiku telah lahir.
Perutku sedikit mengempis.
Tas canglokng diperutku melonggar. Aku mencoba melihat isi dalam tas itu.Saat kulihat ada benda kecil didalamnya.Sebuah timer menuju angka nol.
Detakan jantung ketiga telah terdengar lebih nyata.
Selamat datang di alam terkejam sayang.
Selamat tinggal.
Aku tersenyum.
"Iya aku juga," tangisku semakin pecah.
Arghh, bayiku semakin terdorong keluar.Aku kehabisan tenaga. Aku lelah. Memejamkan mata.
Bruk!Kamu jatuh terduduk. Sepasang matamu telah hilang. Hanya darah yang memenuhi wajahmu.Tangismu meledak. Air matamu bercampur darah. Semakin menggenangi lantai.Merah.
"Hentikan!" Aku berteriak lagi.
"Maafkan aku," ucapmu lirih. Pisau kemudian kamu tancapkan tepat di dada kirimu. Sesaat kamu masih tersenyum menatapku.lalu ambruk berdebam ke lantai.
Suara tangisan bayi pelan terdengar.Bayiku telah lahir.
Perutku sedikit mengempis.
Tas canglokng diperutku melonggar. Aku mencoba melihat isi dalam tas itu.Saat kulihat ada benda kecil didalamnya.Sebuah timer menuju angka nol.
Detakan jantung ketiga telah terdengar lebih nyata.
Selamat datang di alam terkejam sayang.
Selamat tinggal.
Aku tersenyum.
Bom!!!!
~SELESAI~
kenapa g diperpanjang? Hmmmm
ReplyDeleteproses melahirakannya ini secara sesar atau alami (dukun) karena aku bingung ada pisau yg menanjap didada dan ada juga dorongan bayi mau keluar atau mungkin aku bukan seorang ibu ya jadi ga bisa tau apa yg sebenarnya dalam proses pelahiran.
ReplyDeleteyg terahir aku juga bingung selamat datang buat bayi tetapi selamat tinggalnya buat siapa ya...?
@Baha Andes, gak perlu dipertanyakan... Rian ingin tokohnya tak menjadi milik siapapun... Habis, semuanya :D
ReplyDeletekang kepanjangan :D
ReplyDeletewah bubar dech akhirnya meldak ya sob,,sepertinya penuh darah dan akhirnya mati juga ya,,:) thriller berrarti ya
ReplyDeletewah..seru! Bikin deg2 an...ane kira bayinya wg mw dibunuh...
ReplyDeleteMaksudnya akhirnya mati semua gitu?
ReplyDeleteHahaha, sori mas, aku agak susah mencerna cerpen dan puisi wkwk. :D
Huhu mati semua karena bom bunuh diri ya?
ReplyDeletekeren bang...sempet tegang tadi bacanya
ReplyDeletekla aku bingung crtanya....
ReplyDeletedimana2 ada darah... bom bunuh diri ya :)
meskipun sudah selesai ceritanya dan bayinya sudah lahir, masih tidak lengkap..apakah bayinya lahir sesar atau normal.
ReplyDeletedan telinga itu...
Penceritaan di episode terakhir ini bagus, runtut dan menghanyutkan; menegangkan.
ReplyDeleteSuer, membaca tulisan ini saya langsung teringat sesuatu; ini khas imaginasi anak akhir usia puber atau awal2 20an.
Apakah proses penulisannya sekaligus selesai dlm 1 cerita, atau sepenggal2 per episode? Kalo memang penulisannya sekaligus langsung selesai, saya yakin mas Arr Rian merasakan apa itu yg disebut dgn orgasme dlm menulis, dlm menterjemahkan imaginasinya ke dlm bentuk tulisan.
Selamat ya, pasti uenak sekali.
sejujurnya aku ngga terlalu paham konflik batin di dalamnya atau ini sebenernya tentang apa, apa yang melatari dia begini..
ReplyDeletekayak bom bunuh diri gitu. ya toh?
tapi ngga jelas apa latar dan alasannya. hmm saranku banyak2 baca cerpen di koran jawapos ri. biasanya dihari minggu. aku lihat tulisanmu mau bikin yang kayak begitu tapi masih setengah jalan, jadi seolah belum dapat feel nulis genre sastra korannya
kisah ini banyak terjadi di dunia nyata ya
ReplyDeleteWahh? Ini just story? Hebat, kirain kisah nyata...alur cerita dan diksinya 'kena' banget...
ReplyDeleteahhahaha,, akhirnya ending juga nih cerita,, wakwakwak,,
ReplyDeleteIni tho yang dihebohkan melahirkan di twitter
ReplyDelete@lirik Kakak Akin dengan Baha
bang, ijin kopas dari bagian satu sampe tamat ya.. mau saya simpen di microsoft word n jadi koleksi pribadi..
ReplyDeletenuhun ah.. :D
Membayangkan proses kelahirannya seraamm...seperti meraakn sendiri...
ReplyDeletekarena belum sempat lihat babak awalnya tadi sempat baca bagian 1 - 2 - 3 ternyata bayinya akhirnya terlahir juga yah
ReplyDeleteTernyata tebakannya tidak meleset. memang bayi yang ada di dalamnya tuh...cuma tidak membayangkan akan seperti ini endingnya
ReplyDeleteDi akhir cerita ada kata-kata BOM..maksunya apa ya kawan..maaf belum bisa memahami secara harfiah arti yang terakhit itu
ReplyDeletePas diakhir-akhir saya bingung, kok nusuk dada kiri lalu ada bom? Apa bom bunuh diri atau gimana sih?
ReplyDeleteKenapa gak dilanjutkan lagi mas? hehehe
tragis amat ceritanya... ga tega baca... >,<
ReplyDeletepemakaian kata ganti "kamu"na rancu..kadang dipake buat bayi, kadang dipake buat psikopat. jadi kurang dapet feel endingnya..
ReplyDeletesibuk menterjemahkan kata ganti "kamu"nya.. :)
masih ga bisa ngerti ma endingnya...
ReplyDeletewah, ngeri amat bang . .
ReplyDeleteaaaarrgh, bener2 buat tegang ..
Kayaknya aku lebih senang sama cerita yang akhir ini deh... hahaha
ReplyDeleteKeren! Bom terakhir bikin cerita ini diluar dugaan!
ReplyDeletewah wah wah ending yg tragis.. keren :)
ReplyDeletengebayanginnya udah serem gitu..
Alur yang sangat mbuleti sasi, dan endingnya datar-datar saja. Tapi keren bikin penasaran pembaca saja dari awal sampai akhir.
ReplyDelete