Jun 10, 2013

Silent Heart

diambil dari sini

“Aku suka membaca blogmu, jadi silent rider sih. Gaya ceritamu  semakin keren tidak seperti dulu,”  Ken terus berkomentar tak bisa ku sela.

“Dulu pas masa kuliah, kamu suka nangis dan melaporkan padaku bahwa cerpen yang kamu kirim ke majalah ditolak. Tapi sebenarnya kamu ingin aku traktir kan? Hahaha,” Ken semakin tidak menguasai diri. 

Beratus pasang mata memperhatikan kami berdua. Aku semakin merasa risih dan menyesal telah datang ke acara reuni fakultas ini. Aku beranjak pergi dari ruang pertemuan.

“Bukannya waktu yang merubah segalanya Ken? Kenapa kamu bahagia sekali membahas masa lalu. Bukankah kita hidup di masa ini? ” aku menanggapi sekenanya sambil berjalan menuju tempat parkir. 

Ken segera menarik lenganku. Memaksaku berhenti. Melepaskan kaca mata hitam yang kupakaii dan dia berhasil menatap kedua mataku dengan penuh. Jarinya bergerak ke arah mata. Aku meringis saat jarinya mengenai memar di kantung mataku. 

Ingin rasanya menangis, namun semenjak kamu pergi tanpa mengabariku. Aku tidak ingin menangis lagi. Aku sudah berhasil menapaki perjalanan hati ini dengan tertatih-tatih! Aku ingin kamu bahagia mencari belahan hatimu sendiri.

“Kamu baik-baik saja kan dengan suamimu?” Kali ini Ken bertanya sambil berbisik.

Hatiku pecah! Begitu sakit dan rasanya benar-benar ingin menangis kembali dihadapan Ken. 

“Tolong aku Ken,” bisikku perlahan.


7 comments:

Terima Kasih sudah berkunjung.Happy Blogging