Pic from here |
Steve bersemu merah saat membaca selembar surat yang baru saja kuberikan padanya. Sesekali senyumnya semakin melebar dan memperlihatkan deretan gigi yang rapi. Membuat wajahnya itu selalu membuatku bahagia. Aku dan Steve sudah bersahabat sejak kecil. Setiap harinya tidak ada cerita dalam catatan harianku tanpa menyertakan nama dan tingkah lakunya yang membuat hati ini berdesir hebat. Entah apa.
Setiap harinya aku hanya ingin selalu melihat senyumnya yang ceria. Apapun akan aku lakukan untuk membuatnya seperti itu. Senyumnya adalah semangatku. Bahagianya adalah bahagiaku juga.
"Terima kasih ya," ucap Steve membuyarkan lamunanku.
"Sama-sama, selanjutnya bagaimana?"
Steve melipat surat itu dan memasukannya kembali pada amplop berwarna merah muda. Aku masih melihat senyumnya yang masih mengembang. Ada kebahagiaan hinggap di hati.
"Selanjutnya, aku minta tolong lagi ya sama kamu Nis," Steve menatapku dalam. Aku mematung.
"Tolong sampaikan hari minggu nanti Niken ada waktu kosong nggak?" Steve antusias bertanya. Aku semakin mematung, menyadari apa yang telah terjadi.
Harusnya aku mengerti dari awal, perasaan ini tidak akan pernah bisa tersampaikan pada Steve. Walaupun aku sudah tertatih-tatih mengahadapi perjalanan hati ini. Mencoba bertahan, namun pada akhirnya dia tidak pernah bisa menjadi milikku.
“Nisa kamu dengar aku kan?”
Aku akan selalu mendengarkanmu Steve.
FF ini diikutsertakan dalam Quiz Giveaway berhadiah novel Perjalanan Hati
duh kasian Nisa tidak sempat mengugkatpan cintanya ya :)
ReplyDelete