Oct 19, 2011

Surga ada dibawah telapak kakimu, Ibu

Ba’da Ashar. Gerbong kedua Kereta Matrmaja.

Akhirnya setelah mencari kursi kosong, Aku bisa merebahkan badan di kursi panjang berkapasitas enam orang. Sebelumnya telah terisi lima orang, dua orang perempuan dan tiga orang laki-laki. Didepanku seorang laki-laki berumur 30an akan pergi ke Tegal bersama istri dan anak perempuannya. Sebut saja anak perempuan kecil itu bernama Chika berumur lima tahun.

Ditengah perjalanan Chika tiba-tiba menangis. Meronta-ronta dalam pelukan ibunya. “Nenek dimana?” tanyanya sambil menangis. Keras. Ibunya terlihat panik. Seperti tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk membuat Chika berhenti menangis.


Ayahnya mencoba menenangkan. Tidak jelas apa yang dibisikan pada anaknya. Suara deru kereta mengaburkannya. Ibunya juga terus berbisik pada Chika untuk tidak menangis. Ayahnya segera mengambil handphone. Menelpon seseorang. Gagal. Tidak ada yang mengangkat sepertinya. Chika terus menerus menanyakan neneknya.

“Mas tolong nanti Handpone diaktifkan, Chika nangis menanyakan neneknya,” ungkap ayah Chika. Terdengar jelas olehku karena tepat duduk didepanku saat menelpon. Chika menangis, Ibunya semakin bingung. Ayahnya terus mencoba dihubungkan dengan neneknya Chika. Kejadian itu sempat menjadi perhatian satu gerbong. Beberapa waktu kemudian, tiba-tiba aku mencium bau aneh.

“Chika ternyata ngompol,” ungkap ibunya.
Terlihat air berwarna kuning menglir dilantai kereta. Menuju dertan kursiku.
“Saya mohon maaf mas ya,” ungkap Ayahnya Chika. Segera ia mengambil koran lalu mencegah air itu mengalir terlalu jauh.
“Biasanya Chika sama neneknya setiap hari, saya dan suami pergi kerja,” terdengar Ibu Chika menjawab pertanyaan dari seorang perempuan paruh baya didepannya.

Jadi selama ini Chika diasuh oleh neneknya? 
Ibunya juga bekerja? gumamku dalam hati.

Mungkin hal itu yang membuat Ibu Chika kebingungan ketika anaknya menangis. Tidak mengerti tentang kondisi anaknya. Ibunya mengira Chika menangis karena ingin mendengar suara neneknya. Namun ternyata, Chika ingn mengatakan dia ingin buang air. Namun Ibunya tidak bisa menangkap pesan itu. Ibunya seperti tidak tahu apa-apa tentang anaknya.

Melihat kejadian itu aku tersadar, tidak seharusnya seorang Ibu meninggalkan anaknya yang masih kecil untuk kepentingan bekerja. Walaupun diasuh oleh neneknya. Namun, hal itu tidak menjamin seorang anak akan mendapatkan perhatian seperti layaknya seorang ibu kandungnya sendiri. Ahh..betapa kesepiannya Chika menjalani hari-harinya itu. Tidak ada seorang ibu yang menemani.

Kondisi yang menyebabkan hal itu?
Bukankah ada sang suami yang akan berjuang menjemput rizki?

Pertanyaan yang entah menguap ke mana waktu itu. Yang aku sadari setelah melihat kejadian itu seorang Ibu mempunyai kewajiban penuh untuk bersama anaknya, mendidiknya. Tidak seharusnya meninggalkan anaknya begitu saja.

Bukankah Allah SWT telah memberi kedudukan mulia bagi seorang perempuan? Ya, menjadi seorang Ibu dan pengatur rumah tangga. Itulah posisi terbaik bagi perempuan. Karena Allah SWT, Pencipta semua makhluk mengetahui apa yang terbaik bagi mereka.

"Surga ada dibawah telapak kakimu, Ibu"

sebuah catatan mudik lebaran 2011

"Bingkisan Dari Kami"


Tulisan ini diikutsertakan dalam acara "Bingkisan Dari Kami" 
yang diselenggarakan oleh Bunda Ketty Husnia

21 comments:

  1. jadi terharu ane bacanya sob,, :'( bener bgt tuh, surga emg berada di bawah telapak kaki ibu, karena ibu lah yg banyak jasa nya terhadap kita,, hehehhe

    ReplyDelete
  2. merinding bacanya kang :(
    alhamdullilah emak dulu lebih mentingin anak ketimbang kerja bagaimanapun keadaanya :(

    ReplyDelete
  3. Bagaimana pun juga, rumah adalah madrasah. Semoga jadi pelaran bagi kita semua. Aamiin.

    ReplyDelete
  4. Argggggh, aku juga ga merasakan asuhan ibu. Tapi aku ga pernah menyalahkan beliau kok hehehe Toh semua demi kebaikanku meskipun caranya berbeda dengan ibu yang lain :)

    ReplyDelete
  5. semua apapun itu Ibu kita, kenapa ada istilah seperti itu, tak lebih karena fase pengorbanan beliau saat mulai kita dikandungnya, proses persalinan, hingga bila sempat adalah saat membesarkan hingga kita dewasa.

    Nice post

    ReplyDelete
  6. Asuhan seorang ibu ya yang dibahas?
    Ehhmmm..Alhamdulillah Ceritanya menyentuh. Jadi kangen Ibu dahhh...
    Hehehe
    sukses ya mas Acaran tulisannya!

    ReplyDelete
  7. sedih ya arr.. :'( saya sebenarnya juga masih punya hubungan agak renggang sama ibu.. saya belum pulang-pulang ke rumah, sampai saat ini.

    ReplyDelete
  8. betapa beruntungnya aq sampai skrg ini ibu ku menjadi panutan dan pengayom dan ppemersatu keluarga kami,,:)

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah...sampe segede ini nay masiih diurusin ibu ^_^ lop yu ibu..

    Nay juga nanti mau ngurusin anak nay akh..:)

    ReplyDelete
  10. Ibuku kerja tapi ngurusin anaknya juga kok. Hehehe...

    Ibu bekerja bukan berarti 'meninggalkan anaknya'...

    ReplyDelete
  11. judulnya ccocok sekali dengan isinya :) sunggu kebaikan ibu yang tidak pernah terbalas oleh apapun :)

    ReplyDelete
  12. sangat snsitif soal ibu -_-

    semoga menang yak kang rian :)
    ^^ semangat terus :)

    ReplyDelete
  13. mungkin ada alasan tertentu sehingga sang ibu tidak bisa mengasuh anaknya, biasanya untuk mencukupi perekonomian keluarga.
    Sekarng banyak ko yg pada kebalik.
    semoga sukses kawan... menuju ko hongkong.

    ReplyDelete
  14. terima kasih Rian atas partisipasinya ya..semoga mengsinspirasi semua pembaca termasuk saya dan keluarga :)

    ReplyDelete
  15. uuh ... cerita yang keren :) kata kak Tantowi Yahya juga, ibu adalah perpustakaan pertama, harusnya yang dicari adalah ibu dan yang memberi pengetahuan ya ibu ya #kok gg nyambung ya komentarku

    ReplyDelete
  16. sunggu ibu nggak ada 2 nya, sebab pelajaran pertama yg di dapat oleh anak yaitu dari itu. O_O

    ReplyDelete
  17. HmmMm..
    wlu sya tdk byk mnglami
    yg nmanya tangan seorg ibu
    tpi
    sya mrsa ni smua sudh crta hdp
    dgn rncna tuuhan to sya.
    smoga smua baik n bhagia.

    ReplyDelete
  18. alhamdulillah selama ini saya dirawat oleh ibu saya sendiri.. artikel yang bagus mas, dan saya juga makin yakin atas keinginan saya kelak.. :)

    ReplyDelete
  19. Kasih anak sepanjang pengalahan, Kasih Ibu sepanjang Jalan. Bahagialah mereka yang di asuh oleh Ibunya sendiri.

    Semoga menang ya ikut lombanya.
    *wah...rajin ikut lomba nih*

    ReplyDelete

Terima Kasih sudah berkunjung.Happy Blogging